Konsep Waktu Dalam tasawuf : Memahami Dimensi Pengalaman Spiritual Sufi

Judul : KONSEPSI WAKTU DALAM TASAWUF Memahami Dimensi Pengalaman Spiritual Sufi
Pengarang : Mustaghfirin
Publikasi : Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2008
Subjek : Tasawuf
Kata Kunci : Sufi, Sufisme, Waktu dalam tasawuf, Spiritual Sufi, Ittihad
Abstrak : Waktu sufi adalah ekstase ketika seorang hamba berada dalam keadaan bebas dari masa lalu dan masa depan, lupa segalanya karena ittihad dengan Al-Haqq. Kaum sufi mengartikan ketenggelaman bentuk waqt di dalam wujud Tuhan, bagaikan setetes air yang dijatuhkan ke dalam lautan.Dalam tasawuf terdapat tiga tingkatan waktu ekstase yaitu mahabbah, tamakkun dan talawwun yang timbul dari syawq, khawf dan raja’. Momentum yang paling masyhur sebagaimana yang dialami Nabi Muhammad ketika mi’raj yang didokumentasikan dalam al-Quran surat al-Najm. Nabi benar-benar dalam kondisi begitu dekat dengan Tuhan, begitu dekatnya beliau berdialog tanpa perantaraan malaikat, sehingga Nabi menggambarkan pada saat itu dengan:“Aku memiliki waktu khusus bersama Allah yang tidak bisa dimasuki Malaikat yang mendekat dan tidak juga nabi yang diutus.” Penggambaran mi’raj di sana qaba qawsaini aw adna diartikan oleh al-Ghary dengan wuquf ‘inda masyarif al-abadiyah wa nihayah rihlah al-mi’raj bi al-ruh. Ungkapan Nabi: "Aku mempunyai waktu khusus bersama Tuhan” sering digunakan oleh sufi untuk menunjukkan pengalaman waktu mereka, waktu dimana mereka berhenti di luar waktu dan menjangkau waktu sekarang yang abadi (eternal now) di dalam Tuhan. Seorang sufi yang telah bebas dari segala sesuatu selain Allah, maka ia telah merdeka sehingga berkemampuan untuk memadatkan waktu (al-thayy), seperti halnya mi’raj Nabi, dan dengan mukasyafah, surga bisa diperlihatkan begitu dekatnya, seakan-akan di depan mata.


Dokumen : ಫುಲ್ಲ್ತೆಕ್ಷ್ತ