Pengarang : Hatim Badu Pakuna
Publikasi : Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2005
Subjek : Akhlak
Kata Kunci : Sufi, Sufisme, Etika Islam, Busana wanita islam, Aurat
Publikasi : Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2005
Subjek : Akhlak
Kata Kunci : Sufi, Sufisme, Etika Islam, Busana wanita islam, Aurat
Abstrak : Etika Islam merupakan aturan baik dan buruk perbuatan manusia yang disandarkan pada ajaran-ajaran Islam dalam berbagai aspek termasuk berbusana. Menurut Ibrahim Muhammad Al-Jamal dalam bukunya, Fiqh Wanita, seorang muslimah dalam berbusana hendaknya memperhatikan patokan; menutupi seluruh tubuh selain yang bukan aurat yaitu wajah dan kedua telapak tangan, tidak ketat, tidak tipis menerawang, tidak menyerupai pakaian lelaki, dan tidak berwarna menyolok. Jilbab menjadi cukup menarik apakah mencirikan kesalehan, sebagai penutup aurat rambut dan leher, atau hanya sebatas identitas wanita muslimah. Di satu sisi, jilbab menjadi simbol pakaian muslimah santri, terutama yang berasal dari pesantren. Di sisi lain, ia dijadikan busana yang lazim dikenakan pada momentum kerohanian; shalat, pengajian, berkabung, bahkan saat menghadiri pesta pernikahan. Bahkan para artis yang biasanya tidak memakai jilbabpun pada bulan ramadhan ramai memakainyaa. Nampaknya pemakaian jilbab tak ada hubungan dengan kesalehan maupun ketaatan beragama, sebab, setelah momentum berlalu jilbabpun berlalu. Lalu bagaimana dengan mahasiswi IAIN Walisongo Semarang dengan jilbab tersebut? Penelitian ini mencoba mengungkap berbagai pendapat dan pandangan sebenarnya dari persepsi KAMMI, HMI, IMM, PMII, UKM Music, Teater dan Mawapala, yang ternyata banyak keragaman pola berbusana yang mereka pakai. Pemahaman keagamaan dan pola berbusana mahasiswi IAIN yang sesuai dengan etika Islam inilah yang dikaji dalam tesis ini.
Dokumen : fulltext